Rabu, 18 Desember 2013

Hari Pertama

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Rabu, Desember 18, 2013 0 komentar
Hari ini adalah hari pertama aku kerja di perusahaan itu-perusahaan yang bergerak di bidang Gas LPG-letaknya di jalan Kalianak, cukup jauh dari rumahku tapi bisa aku tempuh 30 menit dari rumah. Sekitar pukul 06.00 aku berangkat dari rumah karena aku harus antar ibu dulu ke tempat ibu ngajar. Aku liat jam di tangan menunjukkan pukul 06.30 saat aku sampai di sekolah ibuku mengajar. Lalu aku langsung berangkat ke tempat aku kerja dan tahunya waktu yang aku tempuh hanya setengaj jam. Jadi, aku sampai sana pukul 07.00-kepagian-karena jam masuknya pukul 08.00.

Berhubung kepagian, aku nunggu di pos satpam sampai ada admin lain yang datang. Oh ya, aku disana posisinya sebagai admin menggantikan mbak Yuni karena mbak Dyah-kasirnya mau resign. Jadi nanti mbak Yuni menggantikan mbak Dyah dan poisinya mbak Yuni digantikan oleh aku. Mendekati pukul 08.00 akhirnya mbak Yuni datang, lalu aku diajak ke ruangan sebelah yang jadi ruangan admin.(ruangan satpam dan admin bersebelahan)

Kesan pertama. Kalau dari tempatnya, ya pasti memang begitu, namanya juga gudang. Kalau dari orangnya secara umum, ya begitu juga namanya masih baru butuh penyesuaian. Kalau secara khusus tiap orang(yang aku kenal) mulai dari pak satpam, namanya pak Karto, orangnya baik, gak terlalu banyak bicara dan sedikit beri aku beberapa wejangan atau nasehat. Mbak Yuni-admin yang akan aku gantikan-usinya sekitar 43 tahun, orangnya baik dan sabar dalam memberi pengarahan dan aku rasa gak pelit hehehe. Mbak Dyah-kasir-orangnya juga baik, supel, ngomongnya agak ceplas-ceplos tapi bercandaan. Sementara ini sih mereka baik-baik semuanya. Oh ya soal supir, kernet, atau pun mandor disana ya biasalah, anak baru jadi bahan bercandaan atau olokan. Kalau ini aku gak pernah ambil pusing entah mereka mau bilang apa ke aku, kalau baik aku dengerin kalau gak baik ya jangan di simpan dalam hati. Hehehe.

Kesan pertama tentang jobdesk yang aku lakukan disana sebagai admin. Disana aku bertugas mencatat surat jalan yang masuk dan keluar dari sopir-sopir. Selain itu aku juga mencocokkan data yang aku buat dengan data yang dipunya mbak Dyah. Dan sekitar pukul 3 sore, data yang aku buat dicocokkan dengan yang dibuat kepala gudang (kebetulan tadi kepala gudangnya cuti jadi yang menggantikan mandornya-mas sony). Gak hanya itu, aku juga harus menginputnya di komputer tapi berhubung monitornya rusak dan lagi diperbaiki maka sementara hanya manual termasuk absenku.

Bicara tentang fasilitas disana. Dari ruangan tempat admin, cukup luaslah, lumayan bersih tapi meja tempat mbak Yuni terlihat berantakan-itu menurutku-, gak ada AC hanya ada 2 kipas angin besar. Kamar mandinya cukup besar dan bersih juga ada kran yang bisa buat wudlu. Soal tempat sholatnya terlihat ala kadarnya, dari ruangan yang gak terpakai dengan dialasi karpet kecil dan berjejer 2-3 sajadah (campur antara laki-laki dan perempuan). Tempat parkirnya lumayan baik karena ada penutupnya jadi kalau hujan-kayak tadi-gak kehujanan.

Untuk hari ini cukup segini saja. Lain kali aku lanjut lagi. ^_^

Selasa, 17 Desember 2013

Dituduh Selingkuh

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Selasa, Desember 17, 2013 0 komentar
Apa yang kamu rasakan bila orang yang kamu sayang sudah tak percaya lagi denganmu dan menuduhmu hal yang gak pernah kamu lakukan? Sedih, kecewa, sakit hati. Itu pasti. Apalagi kalau kamu dituduh selingkuh atau mendua. Kamu sudah berusaha mati-matian menjaga hati untuk setia, tak tergoda oleh rayuan yang lain tapi dengan mudahnya pasanganmu menuduhmu selingkuh. Merasa semua pengorbananmu selama ini sia-sia. Berulang kali kamu sudah jelaskan padanya tapi dia tetap tidak peduli membuatmu marah, kesal dan akhirnya menyerah. Mengapa dia sampai hati menuduhmu selingkuh? Karena dia dapat bukti kalau kamu pernah selingkuh atau itu hanya dugaan dia semata yang cemburu saat teman lawan jenis kamu sms, telepon atau menyapa dalam sebuah jejaring sosial?

Cemburu tanpa alasan bisa membutakan mata hati yang mungkin bisa menimbulkan kebencian. Saat dia tetap mencercamu dengan tuduhannya, diam dan pergilah. Biarkan dia sendiri. Buktikan dengan sikapmu bahwa tuduhannya itu salah besar. Ketika dia tahu hal itu, dia akan menyesalinya. Percayalah jika kamu benar, kamu akan menang. Dia akan kalah menanggung malu. Saat dia menyadari akan kesalahannya, tersenyumlah karena kamu telah berhasil. Berhasil menunjukkan kebenaran yang seharusnya dia percaya sejak awal.

Aku Bukan Dia

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Selasa, Desember 17, 2013 0 komentar
Sempurna. Apa arti sempurna buatmu? Punya uang banyak, wajah cantik/ganteng, punya pacar yang sempurna, bisa keliling dunia. Tak ada yang sempurna di dunia ini termasuk manusia. Semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan bandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Dan jangan bandingkan aku dengan dia yang tak mungkin sama.

Ketika kita mencintai seseorang, kita menyukai kelebihannya lalu bagaimana dengan kekurangannya? Bisakah kamu juga menyukainya? Apakah kamu sudah merasa sempurna? Bukankah kita diciptakan saling berpasangan untuk melengkapi satu sama lain. Kenapa kamu membandingkanku dengannya? Karena ada rasa kecewa padamu

Ingatlah saat kita membandingkan seseorang dengan orang lain, kita tak akan menemukan hal yang semuanya sama, pasti ada yang aku miliki dan tidak dia miliki ataupun sebaliknya ada yang tak aku miliki dan dia miliki. Janganlah mencari kekurangan orang lain tapi lengkapilah kekurangannya dengan kelebihanmu. Karena dengan begitu semua bisa teratasi. Tanpa harus hatimu mendua. Jangan jadikan kekurangan orang lain untuk menyakitinya.

Meminta Maaf dan Memaafkan

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Selasa, Desember 17, 2013 0 komentar
Kita hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Jadi, kamu pernah berbuat salah? Pasti. Atau seseorang pernah berbuat salah padamu? Juga pasti. Lalu jika kamu pernah berbuat salah, sudahkah kamu meminta maaf? Kalau belum, kenapa? Gengsi atau takut? Kita berani berbuat harus berani bertanggung jawab dong. Apa hati kamu damai dengan rasa bersalah yang kamu miliki? Tentu tidak kan. Jadi, minta maaflah agar hatimu damai dan memiliki jiwa besar. Jangan takut kalau orang tersebut tak mau memaafkanmu. Teruslah berusaha meminta maaf dengan baik dan tunjukkan ketulusanmu untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Dan kamu akan mendapatkan maaf darinya. Percayalah. Sekeras-kerasnya hati seseorang pasti akan luluh dengan ketulusan. Jangan tunggu hari lebaran hanya untuk meminta maaf. Lakukanlah sekarang dan bersabarlah menunggu maaf darinya. Karena tidak semua orang mudah untuk memaafkan kesalahn orang lain.

Lalu sebaliknya, jika seseorang berbuat salah padamu, sudahkah kamu memaafkannya? Belum? Kenapa? Karena kesalahannya terlalu besar buatmu atau karena dia tak pantas untuk kamu maafkan. Tuhan saja mau memaafkan kesalahanmu yang begitu besar, masa kamu yang hanya manusia tak mau memaafkan sesamamu. Apa kamu tak ingat betapa susahnya minta maaf? Berapa lama permintaan maafmu diterima? Apa kamu juga damai menyimpan rasa kecewa, marah atau benci karena kesalahan orang lain? Damaikanlah hatimu dengan memaafkan kesalahan orang lain, sedamai hatimu saat permintaan maafmu diterima. Yakinlah bila seseorang meminta maaf kepadamu dengan tulus. Berikanlah kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya dan tak mengulanginya lagi.

Memaafkan dan meminta maaf mungkin jadi hal yang sulit bila kita masih terbelenggu oleh ego dan emosi sesaat yang mungkin bisa membuatmu menyesal. Jadi tunggu apa lagi, maafkanlah. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. Toh, tak ada ruginya memaafkan seseorang.

Tak Bisa Membalas Cintamu

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Selasa, Desember 17, 2013 0 komentar
Kau datang disaat tak terduga, disaat kumulai menata hatiku kembali. Mengenalmu karena kelalianku. Mungkin ini sudah takdirku. Kau tawarkan cinta padaku. Cinta yang tulus, apa adanya dan kesetiaan. Jujur aku senang dengan kehadiranmu, aku merasa dicintai. Siapa pun pasti senang bila dicintai. Kau baik, sabar, jujur dan mau berkorban untukku. Tapi apa dayaku, hatiku masih terpaut dengan masa lalu yang seharusnya aku lupakan. Aku hanya raga yang tak kurasa melawan perasaan. Kau tunjukkan, kau buktikan kesungguhanmu agar ku percaya. Dan saat aku percaaya. Aku sayang padamu. Tapi kisah lama selalu mengusikku, mengingatkanku akan kenangan yang telah berlalu, mencoba merasuk ke dalam hati seolah tak rela ku mencari yang lain.
Maafkan aku bila ku belum bisa membalas cintamu.

Catatan ini hanya aku tulis ulang dari kisah lamaku.

CINTA TERAKHIR PHP

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Selasa, Desember 17, 2013 0 komentar
Cerpen ini aku buat bersama temanku-Zerry untuk mengikuti lomba cerpen duet yang diadain oleh salah satu penerbit.
CINTA TERAKHIR PHP

Cerita ini tentang seorang cowok yang bernama Revan. Ia ini bisa disebut paling ganteng di sekolahnya, tapi karena kegantengannya inilah yang membuat banyak wanita patah hati karenanya. Saking banyak korban yang patah hati, mungkin kini sudah tak terhitung berapa wanita yang ia permainkan. Perhatian dan gombalan yang selalu Revan berikan untuk taklukkan korban-korbannya.
Suatu ketika kelas Revan kedatangan murid baru dari Bandung yang bernama Reyna. Pandangan pertama membuat Revan memiliki ide gila.
”Ini korban selanjutnya.”ucap Revan dalam hatinya.
Karena terlihat cantik, putih nan anggun, namun Reyna terlihat judes dan cuek orangnya. Terlihat dari cara ia memandang orang yang sedang memperhatikannya.
“Nama saya Reyna. saya pindahan dari SMA 1 Bandung.
“Yah sudah Reyna. Sekarang kamu cari kursi kosong. Dan buat yang mau kenalan selanjutnya, nanti saja yah. Bapak gak mau kalian ribut saat pelajaran bapak.”
Revan pun memulai aksinya. Pandangannya tak lepas menatap Reyna yang duduk tak jauh dari kursinya. Sedangkan Reyna terlihat cuek menanggapi semua itu.
“Kring kring ….”
Terdengar bel istirahat berbunyi, semua murid pun berhamburan keluar kelas.  Sedangkan Reyna hanya duduk diam di kursinya. Mungkin karena ia tak tahu letak kantinnya atau karena memang belum ada teman yang mau mengajaknya ke kantin.
Melihat kesempatan emas seperti ini, Revan segera menghampirinya dan  mengajak berkenalan. Tetapi hanya senyum getir yang Revan dapatkan ketika menyapa Reyna. Ia pun tak menyerah sampai situ saja, Revan terus mengenalkan diri dan berbicara panjang lebar kepada Reyna.
“Dari pada kamu ngomong panjang lebar kayak tukang obat dipinggir jalan. Mending kamu keluar sana. Gak penting omongan kamu tahu!”
“Yes, satu poin sudah aku dapat. Makasih ya,” Revan pun lantas pergi meninggalkan Reyna sendiri didalam kelas, sedangkan Reyna masih duduk manis sembari membaca-baca novel yang ia bawanya. Lalu masuklah beberapa wanita dan menghampiri Reyna untuk berkenalan dan mengobrol dengannya. Mereka pun memperingati kepada Reyna agar tak dekat dengan cowok yang bernama Revan. Menurut meerka, Revan itu adalah playboy cap nyamuk, yang suka nempel sana-sini tapi gak bertanggung jawab atas sakit yang ia berikan. Hampir satu kelas ini, cewek-ceweknya menjadi korbannya. Paling lama hubungan cinta itu 1 minggu dan bodohnya lagi, mereka itu tak menyadari kalau terkena tipu dayanya.
“Kok sampai segitunya. Kan kalian tahu kalau dia itu gak benar kenapa masih kena.
“Yah itu bodohnya kita-kita, Dia itu orangnya ganteng, romantis, selalu perhatian dan kita itu bagaikan permaisuri dibuatnya ketika dekat dia.”
“Udah deh Vi jangan memuji sampai segitunya. Tapi kan setelah kita terbang tinggi, baru deh kita dilempar dan jatuh terhempas ke bumi. Rasanya tuh sakit banget tahu Rey.” Ucap salah satu teman mereka yang merasakan sakit hati karena Revan tersebut.
Saat mereka asyik berkenalan dan berbincang, tiba-tiba Revan  masuk kedalam kelas  tersebut. Mereka pun serentak diam tak ada yang berbicara,  matannya memandang tajam ke arah Revan yang menuju kursinya.  Seperti tanpa dosa Revan tak merasa ada yang aneh dengan semua itu, sikapnnya pun biasa saja dan seakan tak pernah terjadi apa-apa dengannya.
***
Waktu pun berlalu begitu cepat. Jam pelajaran terakhir sudah selesai. Kini mereka semua harus bergegas untuk pulang kerumahnnya masing-masing. Tetapi telihat wajah bingung bercampur panik diwajah Reyna, karena tak ada yang menjemputnya untuk pulang ke rumahnya. Angkot yang menuju rumahnya pun, ia tak tahu sama sakali. Hanya berdiri di depan gerbang sekolahnya sembari menelpon ayah dan ibunya agar menjemputnya. Tapi karena ayahnya sedang bekerja dan ibunya pun sedang sibuk membereskan rumah yang masih berantakan, mereka pun tak bisa untuk menjemput Reyna di sekolahnya. Hanya alamat yang tak tahu dimana letaknya kini ia pegang untuk petunjuk pulang kerumahnya.
            Brum ... brum ...
            Suara motor ninja merah memecahkan kebingungan Reyna yang tak lain milik Revan. Kini motor itu berada disebelah Reyna dan memaksanya untuk menutup telinga. Revan yang melihat reaksi Reyna segera mematikan suara motornya. Bagi Revan ini adalah kesempatan kesekian kali yang didapatkannya. Sesuai semboyan Revan: Maju terus pantang mundur.
            “Belum pulang, Rey?” sapa Revan sok basa basi yang aslinya emang basi.
            Tapi Reyna hanya menoleh sebentar ke arah Revan tanpa menjawab pertanyaannya lalu balik menatap jalan. Sejak awal masuk sekolah ini, Reyna sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak mudah terbujuk perhatian cowok. Reyna tahu kalau semua itu hanya tipuan belaka. Memberi angan-angan lalu menghepaskannya seperti cowok-cowok yang selama ini mendekati Reyna. Mereka hanya senang mengumbar janji, menebar harapan namun setelah cewek yang diincarnya mulai terlena dengannya mereka kemudian pergi begitu saja merasa menang.
Ini juga alasan kenapa Reyna pindah sekolah selain mengikuti kemauan sang ayah yang dipindah tugaskan ke Jakarta. Reyna ingin menutup dalam-dalam kenangan pahit. Reyna tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Terjebak oleh rayuan cowok yang menjadikannya ratu semalam.
Datanglah sebuah taxi berwarna biru, Reyna segera menghadangnya dan masuk ke dalam taxi tersebut. Revan dibuat bengong dengan sikap tak acuh dari Reyna. Baru kali ini dia gagal mengajak cewek berboncengan dengannya. Semasa pengalamannya tak ada satu pun cewek yang tak ingin diboncengnya. Tapi kegagalan ini malah semakin membuat Revan penasaran dan akan terus mengejar Reyna sampai dapat.
Malam hari, Revan merenungkan strategi apa untuk menaklukkan Reyna. Tapi sampai dini hari, Revan tak menemukan satu ide pun.
"Sial. Gimana ya, caranya mendapat simpati dari Reyna."
"Aha ...." Tiba-tiba kepala Revan muncul tanda lampu, itu artinya Revan mendapatkan ide cermelang. Kemudian Revan memencet nomor di hapenya.
"Tit ... tut... tit... tut ...." Kira-kira begitulah bunyi hape Revan.
"Hay brow. Gue butuh bantuan loe nih."
Dengan gaya sok serius, Revan manggut-manggut seperti orang yang mengerti bahasa manusia.
"Ok. Thanks brow. Gue akan lakuin apa yang loe katakan.  Trima kasih, brow."
Akhirnya malam ini Revan bisa tidur dengan nyenyak. Besok Revan akan memulai aksinya.
"Reyna, kamu pasti akan jadi milikku." Guman Revan.
***
Keesokan harinya sikap Revan kepada Reyna sangatlah berbeda.  Ia seakan bukan Revan yang dulu, yang sok ganteng dan sok keren. Saat di kelaspun ia hanya diam saja tanpa menyapa atau menggoda teman wanita yang berada dikelasnnya. Sikapnya yang berbeda itu, mengundang perbincangan hangat dikalangan mantan-mantannya yang selalu memperhatikan perkembangan Revan.
“Lihat deh, Revan kok tumben yah gak bawel dan gak sok ganteng lagi.”
“Ahh …, palingan lagi ada maksud tertentu.”
“Tapi beda loh, gak kaya dulu.”
“Kalian tuh sebenarnya masih suka yah, sama Revan itu.?” tanya Reyna kepada taeman-temannya yang sedang menggosipkan Revan. Dengan kompak dan layaknya sedang lomba paduan suara mereka pun menjawab.
“ Tidakkk ….”
Tiba-tiba saja mereka semua terdiam sejenak, ketika Revan berjalan melintasi mereka semua. Terasa hening dan sepi kelas tersebut, hanya terdengar detak  jantung dari para mantan, yang berdetak kencang melihat ketampanan sang pujaan melintasinya. Revan pun berlalu begitu saja, tanpa ada senyum manis dari bibirnya. Ia meninggalkan kelas untuk bertemu temannya yang berada di kelas sebelah, karena ia akan menanyakan kembali rencana yang akan dibuat untuk menyatakan cintanya kepada Reyna.
Disaat meerka merencanakan hal yang sangat rahasia tersebut, ternyata tanpa sepengetahuan mereka berdua, ada teman Reyna mendengar rencana mereka. Lalu teman Reyna pun langsung memberitahu kabar tersebut kepada Reyna.
***
Saat pelajaran terakhir. Mereka semua harus menuju lapangan untuk pelajaran olahraga. Tetapi sebelum menuju lapangan bersama yang lainnya, Reyna mendapatkan surat yang tak ada nama pengirimnya dan ia harus menemui orang tersebut dibelakang sekolah. Reyna pun lantas tak langsung menemui orang tersebut, tapi ia segera  memberi tahu kepada guru olahraganya, kalau Revan bolos untuk mengikuti kelas olahraga dan saat ini berada dibelakang sekolah.
Mendapat laporan dari Reyna, guru tersebut beserta teman-taman Reyna menuju belakang sekolah untuk melihat kebenarannya. Terlihat Revan yang sedang duduk santai sembari mendengarkan lagu dari ponselnya. Lalu Revan pun terkejut, melihat temannya dan guru olahraganya kini ada dihadapannya. Dengan wajah pasrah, Revan mengikuti guru tersebut untuk menerima hukuman. Sedangkan Reyna hanya terdiam melihat tulisan,“ I LOVE REYNA,“  yang berada di dinding belakang sekolah.
Revan terkena hukuman yang berat atas kelakuannya tersebut, Ia harus membersihkan wc sekolah dan dinding yang sudah ia corat-coretnya. Melihat Revan mendapat hukuman seperti itu, Reyna merasa bersalah pada dirinya sendiri dan karena Reynalah Revan terkena hukuman seperti itu.
***
 Libur hari minggu pun Reyna masih terganggu dengan perasaan bersalahnya. Ia merasa harus meminta maaf kepadanya. Tapi ia tak tahu nomor HP Revan dan ia pun tak tahu dimana rumah Revan. Dalam pikirannya Reyna tak bisa tenang sebelum ia meminta maaf kepada Revan. Lalu ia pun bertujuan untuk meminta maaf pada esok hari sewaktu disekolah. Karena memikirkan masalahnya dengan revan. Reyna pun hampir terlambat untuk pergi ke sekolahnya, ia bergegas berangkat dengan terburu-buru, tanpa sarapan terlebih dahulu.
Untunglah tidak terlambat, ucapnya saat di depan gerbang dan melihat yang lain sudah berbaris rapi untuk upacara bendera. Lalu ia menuju kelas untuk menyimpan tasnya dan segera kembali ke lapangan.
Saat upacara berlangsung dan pemimpin upacara memasuki lapangan.  Reyna dan teman-temannya sangat terkejut melihat Revan menjadi pemimpin upacara. Dengan sikap gagah dan kegantengannya Revan menjadi pusat perhatian bagi gadis-gadis di lapangan tersebut.  Upacara bendera pun akan segera usai, kini Revan harus memberikan laporan kepada pembina upacara untuk membubarkan barisan. Dengan suaranya yang lantang ditengah lapangan tersebut Revan berkata, “Kepada Reyna kelas 2a. Aku sayang dan cinta kepada kamu, aku akan setia dan bersungguh-sungguh ingin menjadi pacar kamu. Maukah kamu menerima aku ini?”
            Seketika semua pandangan mengarah pada Reyna, ada yang menatap dengan tatapan heran, senang bahkan ada yang merasa iri. Suara bisik-bisik dari semua murid membuat suasana upacara menjadi ramai. Guru-guru pun tak ketinggalan membicarakan aksi ekstrim Revan, terutama Pak Hendro, guru bimbingan konseling yang sudah siap memberi hukuman pada Revan. Kepala sekolah pun terlihat geram dengan ulah Revan yang tak hanya sekali ini dia lakukan.
            Reyna tertunduk malu, perbuatan Revan telah melukai hatinya. Reyna tak percaya kalau Revan tega melakukan ini di depan teman-temannya bahkan guru dan kepala sekolah. Reyna tak peduli dengan ucapan Revan yang sangat mencintainya, yang Reyna tahu, Revan telah mempermalukannya. Sangat memalukan.
            Reyna pergi meninggalkan lapangan upacara, berlari sambil menahan tangis. Ingin rasanya Reyna lenyap dari tempat itu, menghilang entah kemana. Sudah tak ada muka Reyna berada di sana. Reyna sangat terpukul. Belum genap satu semester Reyna bersekolah di sana tapi kejadian ini membuat Reyna ingin keluar dari sekolah ini. Sungguh tak ada nyali Reyna untuk bertemu dengan seisi sekolah ini.
Sementara itu, Revan telah mendapat hukuman dari sekolah, yaitu selesai upacara berlari mengelilingi lapangan sekolah sebanyak seratus kali lalu selama dua minggu harus membersihkan tolilet serta mushola.
“Gila kamu Van! Kalau tahu jadinya begini, aku gak akan bantu kamu, Van.” Jelas Roni, teman sekelas Revan yang membantu agar Revan bisa menjadi pemimpin upacara.
“He ... he ... he ....” Revan tertawa kecil.
“Yeee, malah tertawa. Kamu senang ya dapat hukuman?” sahut Roni.
“Oh ya, awas ya. Kalau sampai aku kena hukuman juga.” Lanjut Roni sambil mengancam Revan.
“Tenang saja, Ron. Aku gak akan bawa-bawa kamu ke masalahku.” Janji Revan.
***
Semenjak kejadian memalukan itu Reyna sudah dua hari tak masuk sekolah dan tak ada yang tahu bagaimana kabar Reyna. Teman-teman Reyna pun tak tahu keberadaan Reyna. Revan yang tahu akan hal itu menjadi gelisah, hatinya semakin tak tenang. Baru kali ini Revan merasakan hal ini. Revan merasa sangat bersalah tapi Revan tak tahu harus berbuat apa. Revan tak punya nomor telepon Reyna bahkan alamat rumahnya pun Revan tak tahu. Revan sudah berusaha bertanya pada teman-temannya tapi tak ada yang memberitahunya.
“Mei, kamu kan teman sebangkunya Reyna. Kamu pasti tahu dong dimana alamat rumahnya Reyna?”
Kali itu Revan bertanya pada Mei saat istirahat sekolah.
“Buat apa kamu minta alamat Reyna? Mau kamu permalukan lagi?” jawab Mei dengan sewot.
“Bukan itu maksudku. Justru aku ingin minta maaf pada Reyna, makanya aku minta alamat rumahnya padamu. Ayolah, aku mohon. Bantu aku.”
Revan mengiba pada Mei agar Mei bersedia memberi alamat rumah Reyna, tapi sebaliknya Mei tak mempedulikan rengekan Revan.
“Maaf Van. Aku gak bisa kasih alamat rumah Reyna. Aku sudah janji dengannya.” Mei pergi meninggalkan Revan terdiam terpaku di ruang kelas.
“Kemana lagi aku harus bertanya. Sedangkan Mei satu-satunya teman dekat Reyna.” Guman Revan
Ditengah kegalauan Revan, tiba-tiba Revan seperti mendapat pangsit eh wangsit, kemana dia harus bertanya. Dengan senyum kesenangan Revan melangkah keluar kelas. Revan yakin tak akan mengecewakan Reyna lagi sekarang, besok atau selamanya.
***
Keesokan harinya, ketika Revan berangkat kesekolah, Revan pun bertanya kepada wali kelasnya, karena wali kelasnya pasti tahu dimana alamat Reyna dan ia pun menjelaskan kepada guru tersebut kalau ia ingin meminta maaf kepada Reyna.  Usahanya pun kini tak sia-sia, karena ia mendapatkan alamat itu dengan gampang sekali dan guru tersebut pun memesan kalau bisa Reyna harus masuk sekolah lagi. Sepulang sekolah, Revan pun menuju alamat yang diberikan oleh gurunya. Terlihat rumah yang mewah dengan halaman yang luas dan rumah itu dijaga oleh 2 satpam sekaligus. Revan pun menghampiri rumah tersebut dan bertannya kepada satpam.
Maaf pak apa benar ini rumah Reyna.?”
Oh iya benar. Adik ini siapanya Reyna ya.”
Aku teman sekolahnya pak. Bisa bertemu dengan Reynanya gak pak?”
Lalu satpam itu membukakan pintu gerbang tersebut. Revan pun mengikuti satpam tersebut dengan menggunakan sepeda motornya.
“Tunggu sebentar ya dik, Saya panggilkan dulu.
Revan pun menunggu Reyna di depan pintu rumahnya. Lama ia menunggu, tapi Reyna tak kunjung datang menemuinya. Pikiran tak akan ditemui Reyna pun muncul, karena satpam dan Reyna tak juga ada dihadapanya. Lalu tiba-tiba satpam itu kembali, tapi ia tak bersama Reyna. Melainkan ibu Reyna.
“Maaf ya dik. Reyna gak bisa bertemu dengan siapa-siapa.”
“Hmm …. Kenapa tante? Saya Cuma mau minta maaf kepada Reyna tante.”
“Reyna sedang sakit dan gak bisa diganggu.”
“Yah udah deh kalau kayak gitu. Tapi kalau bisa, besok Reyna harus masuk sekolah tante, soalnya ada pelajaran dari wali kelasnnya tante.”
Revan pun harus kembali ke
rumahnnya tanpa dapat maaf dari Reyna.  Tapi ketika Revan ingin meniggalkan rumah itu, Revan melihat Reyna berada dilantai dua dan bersembunyi melihat Revan yang sedang menyalakan motornya. Revan pun terus memandang ke arah jendela tersebut, tapi lama kelamaan bayangan itu menghilang dari pandangannnya dan Revan pun segera meningglkan rumah tersebut.
***
Dengan wajah lusuh tanpa semangat Revan pun berangkat ke sekolahnya.  Ia tak bisa membawa berita baik untuk guru dan teman-temannya. Hanya memberi tahu kabar kalau Reyna sakit dan tak akan bisa bersekolah. Teman dan wali kelas pun bersepakat akan menjenguk Reyna sepulang sekolah nanti, tapi saat pelajaran jam pertama akan dimulai, Reyna datang dan masuk kekelas tersebut. Seisi kelas pun heran dengan kabar yang diberikan Revan kalau Reyna sakit dan ternyata Reyna dalam keadaan baik-baik saja. Wali kelas pun geram dengan kelakuan Revan lagi, ia menghukum Revan tak ikut pelajarannya dan Revan harus berdiri di depan kelas dengan mengangkat kaki satu dan menjewer kupingnnya sendiri.
Meski pun Revan mendapat hukuman dengan kabar bohongnya, tapi Revan terlihat senang karena dapat melihat Reyna lagi.  Saat waktu istirahat tiba, Revan berniat ingin meminta maaf kepada Reyna. Ia pun bersujud dan meminta maaaf kepada Reyna yang sedang duduk dikursinya, tapi semua itu seakan sia-sia, karena Reyna tak merespon permintaan maaf dari Revan tersebut.
“Rey, maafkan aku ya.
“Kamu masih belum puas, mempermalukan aku!”
“Aku akan terus meminta maaf kepada kamu, sebelum kamu maafkan aku Re.”
“Ya itu sih urusan kamu. Tapi aku belum bisa maafkan kamu.”
Reyna pun pergi meninggalkan Revan yang sedang sujud meminta maaf kepadannya.  Perasaan bersalah Revan masih saja membuat dirinya tak tenang, ia harus cari cara lain agar Reyna memaafkannya dan menerima cintannya. Lagi-lagi ia harus meminta bantuan dari Roni, karena hal ini harus ada bantuan dari temannya tersebut. Ya, walaupun Roni awalnya menolak membantunya, tapi dengan rengekan dan wajah melasnya Revan, Roni pun  akan ikuti permainan dari Revan.
Karena 2 minggu lagi akan diadakan pensi, Revan pun berniat ingin jalankan rencananya tersebut, disaat acara pensi. Hampir setiap jam istirahat, Revan jarang berada dikelasnya. Sikap tersebut menimbulkan pertanyaan besar bagi Reyna, karena setelah penolakan maafnya, Revan jadi berubah dan jarang terlihat berkumpul bersama teman-teman yang lainnya. Reyna pun dengan diam-diam sering bertanya dan mencari informasi kepada teman-temannya tentang sikap Revan yang berubah seperti itu, tapi semua temannya tak tahu dengan sikapnya Revan yang sekarang berubah sangat drastis.
Saat 2 hari sebelum pensi. Revan tak pernah masuk sekolah, kini giliran Reyna yang dibuat merasa kehilangan Revan. Perasaan benci pun kini berganti menjadi rindu. Rasa cinta yang sudah lama tak pernah ada dihatinya, kini kembali bersemi..
***
Hari perpisahan sekolah pun tiba, hampir seluruh murid sekolah berkumpul di aula sekolah dan mereka pun satu persatu menampilkan kreasi dan aksinya di panggung pensi tersebut. Lalu tiba-tiba saja ada yang membuat orang-orang di sana heboh, ketika sosok Revan menaiki panggung. Revan kini bagaikan artis di sekolahnya, setelah beberapa aksi gilanya yang membuat gempar 1 sekolah.
“Saya berdiri disini, bukan mau menampilkan sesuatu yang membuat kalian kagum atau sebagainya. Tapi saya akan menampilkan film dokumenter yang saya buat bersama teman saya.”
Revan pun mulai memutar film tersebut. Ruang aula yang ramai pun kini menjadi hening.  Terlihat Revan yang berada didalam film tersebut mendatangi satu persatu mantannya untuk meminta maaf.  Mantannya pun diharuskan menandatangani kaos berwarna putih yang sudah dibawa oleh Revan. Meski pun Revan harus berusaha keras untuk memintanya. Revan pun terlihat dikerjai dan dapat hukuman dari mantannya, sebelum mereka menandatangani kaosnya.  Tak lama kemudian film dokumenter tersebut selesai. Lalu Revan membuka sweter yang dipakainya dan terlihat kaos yang penuh dengan tanda tangan mantan-mantannya tersebut.
“Ini adalah bukti saya benar-benar minta maaf kepada kalian semua dan saya gak akan pernah mau melakukan hal bodoh lagi dalam hidup saya . Saya ingin ini adalah yang terakhir.”
Revan pun membalikkan badannya dan membuka kaos putih yang penuh tanda tangan tersebut. Setelah membukanya ia membuang bajunya dan membalikkan badannya. Ternyata ia memakai kaos putih rangkap dua dan kaos tersebut bertuliskan “ I LOVE REYNA”.
Revan pun berkata:Masa lalu biarlah menjadi kenangan dan masa depan biarlah menjadi tujuan. Hanya 1 orang yang belum memaafkan diriku, hanya 1 orang yang benar-benar ada di hati ini dan hanya 1 oranglah yang pantas mendampingi diriku selamanya. Dan namanya ada dikaos ini . I LOVE REYNA.”
Kini Reyna menyadari keseriusan Revan melalui video dokumenter yang Revan tayangkan. Hati Reyna kembali bersinar yang selama ini tertutup debu pengharapan palsu dari cowok-cowok yang mendekatinya. Tak kuasa Reyna untuk tak mengatakan tidak pada Revan. Reyna sangat yakin akan keputusannya ini.
Dengan langkah penuh kepastian Reyna menghampiri Revan yang masih setia menunggu jawaban darinya. Di atas panggung inilah Reyna mengatakannya.
“Aku berada di sini bukan karena terharu akan video yang kamu tampilkan. Aku di sini hanya untuk minta maaf.”
Revan terlihat terkejut dengan ucapan Reyna. Dan penonton pun dibuat tak bersuara. Semua seakan terhipnotis dengan kata-kata Reyna. Lalu Reyna melanjutkan bicaranya.
“Aku minta maaf karena selama ini aku tak menyadari kesungguhan cinta kamu. Dan ....”
Lagi-lagi Revan serta penonton dibuat deg-degan. Semua menanti setiap kata yang keluar dari mulut Reyna.
“Dan aku minta maaf kalau aku tak mungkin tak akan mendampingimu.”
Seketika suasana menjadi ramai, sorak sorai dari penonton memenuhi acara pensi tersebut. Tepuk tangan bersahut-sahutan, teriakan-teriakan “yeee” kompak terlontar dari penonton, diselingi suara siul menggoda, serta ucapan selamat kepada Revan dan Reyna. Mereka berdua saling berpelukan seakan dunia hanya milik berdua sedangkan yang lain kontrak. Inilah akhir perjalanan Revan sang PHP.
***
Biodata Penulis
Nama Yohanes Zerivica Prawoto yang sering dipanggil Vicha. Tinggal di Desa Cempaka Blok Pejanten Kidul No. 38, Rt.01/Rw.04, Kec.Plumbon, Kab.Cirebon 45155. Twitter @zerryvicha. Blog: zerryvicha.blogspot.com. Email: zerry.vicha@yahoo.com
Sischa R.W. Lahir dan besar di Surabaya. Saat ini berstatus mahasiswa di Surabaya. Beberapa karyanya segera terbit dalam sebuah antologi yang telah dimenangkan. Kini penulis terus mengasah kemampuannya dengan mengikuti beberapa lomba kepenulisan.
  

  

   

           

 

SisChaYanK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea