Sabtu, 12 April 2014

Single Happy

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Sabtu, April 12, 2014
Kutermenung menatap kalender yang tergantung di dinding, tertulis jelas tahun 2014 dan aku masih sendiri. Sebenarnya seperti siapa yang aku cari, aku juga tak tahu. Tak ada kriteria khusus untukku. Biarlah hati yang berbicara menuntun kepada siapa yang akan aku pilih.

Sejak aku putuskan untuk tak lagi berpacaran, aku lalui hariku tanpa kekasih. Terakhir aku putus dengan pacar, beberapa hari sebelum lebaran tahun 2012. Tahun 2013, sempat menjalin hubungan dengan seseorang tapi itu pun tak berlanjut lama hanya satu bulan dan hubungan itu tak seperti orang pacaran, hanya bertemu satu kali dan komunikasi pun juga jarang sampai akhirnya dia memutuskan hubungan karena alasan trauma dengan pertunangannya yang gagal.

Aku mulai jalani hari-hariku sendiri, menyibukkan diri dengan aktivitas baruku. Pernah aku menyukai seseorang, dia teman lama waktu sekolah yang ternyata rumahnya dekat dengan rumahku. Sempat kuberharap dialah yang terkahir. Aku bawa namanya dalam setiap sujudku sampai Allah menjawab doaku. Hubungan pertemananku dengannya mulai renggang bahkan sekarang sudah putus. Ini karena kesalahpahaman antara aku dan dia. Hingga dia memblokir facebookku. Sedikit kecewa, tapi inilah yang terbaik untukku dari doaku selama ini. Aku berdoa, “Jika memang dia yang terbaik untukku, maka dekatkanlah kami. Jika memang dia bukan yang terbaikku untukku, maka jauhkanlah kami.” Dan kami pun berjauhan dan mungkin memang dia bukan yang terbaik untukku. Aku pun sudah tak pernah lagi dengan sengaja melewati bengkelnya ataupun kepo ingin tahu tentangnya. Semua sudah berakhir dan hati kembali sendiri.



Tapi akhir-akhir ini kisah itu kembali terulang. Aku menyukai seseorang (lagi). Aku mendekatinya, menjadi temannya. Aku mencari tahu tentangnya sampai akhirnya lagi-lagi aku kecewa. Ya, ternyata dia sudah punya kekasih. Doaku padanya sama dengan doaku seperti yang dulu-dulu. Dan kembali doaku terjawab. Kini harapanku padanya pupus. Padahal aku sempat berharap dia bisa menjadi terbaik karena dia orang yang pendiam, ibadahnya bagus, juga guru ngaji. Aku pun harus menyadari semuanya sudah jadi yang terbaik untukku.

Dari semua itu aku bisa belajar bagaimana kuat menahan kecewa, sakit hati dan bersabar menanti jodohku kelak. Sebenarnya aku menikmati kesendirianku meski hati kecilku sering bertanya, “Kapan kamu menikah?”. Meski tak ada tuntutan dari ibu untuk segera menikah tapi terkadang keinginan itu sangat kuat terlebih kini usaiku akan menginjak dua puluh enam tahun, usia yang sudah sepantasnya membangun rumah tangga dengan seseorang yang mencintaku, aku mencintainya dan bersama-sama belajar lebih baik lagi menuju ridho-Nya. Aku yakin semua indah pada waktunya.


 I am Single Happy.

0 komentar:

 

SisChaYanK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea