Minggu, 11 Januari 2015

Kamu perantara bagiku

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Minggu, Januari 11, 2015

Kemarin sepulang kerja gue pergi nonton di delta. Gue mau nonton film assalamualaikum beijing, film yang diangkat dari novel Asma Nadia dengan judul yang sama. Gue nonton yang jam 15:05 dan gue dapet teater 1.Sebenernya gue gak terlalu suka nonton film indonesia karna menurut gue, film indonesia nanti juga bisa gue liat di tv atau youtube, cuma kemarin gratis-ditraktir, jadi nonton aja, hehehe. Film ini bagus sih, ceritanya juga sedih sampai bikin gue nangis beberapa kali n ketawa. Tapi ada satu adegan yang bikin gue nangisnya bukan karna ceritanya emang sedih tapi pas adegan itu mengingatkan gue akan seseorang. Seseorang yang 4 tahun lalu gue kenal, gue sayang bahkan gue cintai, apapun gue korbankan. Itu yang bikin gue nangis. Seseorang yang kini sudah pergi n entah kemana, bahkan gue gak yakin dia masih ingat gue. Seseorang yang telah merubah gue menjadi seperti ini, seseorang yang telah membawaku sampai kesini, seseorang yang menjadikanku lebih kuat, tegar tapi juga sekaligus yang membuat gue ragu akan cinta.

Film ini menceritakan seorang perempuan yang gagal menikah karena calon laki-lakinya ketahuan menghamili perempuan lain, meski laki-laki ini mengelak, perempuan ini tetap membatalkan pernikahan itu. Akhirnya perempuan ini ke Beijing dapat tugas kerjaan di sana. Di Beijing lah, perempuan ini bertemu laki-laki non muslim yang selalu memandunya selama di Beijing. Laki-laki non muslim ini jatuh cinta pada perempuan itu. Tapi perempuan ini kemudian sakit dan kembali ke Indonesia, selama perempuan ini dirawat di Indonesia. Laki-laki non muslim ini, mempelajari Islam dan kemudian menjadi muallaf. Karena cintanya, laki-laki ini menemui perempuan itu di Indonesia. Saat itu lah ada satu adegan dimana adegan itu mengingatkanku akan Lumo. Laki-laki itu bilang pada perempuan bahwa dirinya yang muallaf adalah sudah kehendak Allah dan kamu-perempuan itu-adalah perantara baginya.

Sumpah, air mata gue langsung syur nangis. Gimana tidak? Gue inget Lumo, saat gue jatuh cinta sama dia, gue akhirnya memutuskan menjadi seorang muallaf, karna Lumo gue sekarang bisa seperti ini, meski akhirnya gue gagal menikah dengan Lumo. Padahal sebelumnya, gue dan Lumo sudah membahas dan merencanakan semua itu. Sejak itu, gue sadar, Lumo hanya perantara bagi gue untuk menemukan cinta yang hakiki yaitu cinta pada Allah.


0 komentar:

 

SisChaYanK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea