Minggu, 27 Oktober 2013

Muter-muter gak jelas

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Minggu, Oktober 27, 2013 0 komentar
Minggu, 27 Oktober 2013

Tadi sepulang dari acara pernikahan teman, aku langsung pulang dan setahuku kalau lewat gang yang biasa aku lewati ditutup karena ada acara nikahan juga. Alternatifnya lewat gang kapas gading madya tapi ternyata ditutup juga. Aduh harus lewat mana lagi karena letak rumahku di gang pojok sendiri. Waktu aku mau keluar aku ketemu cowok yang sepertinya juga mau lewat tapi gak bisa. Aku beranikan diri bertanya, "Mas mau lewat juga? Tapi ditutup mas. Mas mau lewat mana?" kataku nyerocos. Terus mas itu bilang, "Coba mbak lewat gang sebelah." Lalu aku bilang trima kasih sama mas itu. Dan gang sebelah pun juga ditutup.

Aku kepikiran untuk lewat jalan raya. Langsung ..................................


Sabtu, 26 Oktober 2013

Tragedi (kecil) di depan Royal Plaza

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Sabtu, Oktober 26, 2013 0 komentar
Kamis, 17 Oktober 2013

Pagi itu niatnya mau berangkat interview ke jalan Wiyung tapi sebelumnya ke Royal Plaza karena ada janji sama teman yang akan ikut interview juga. Interviewnya dimulai pukul 9 pagi, jadi aku sama temanku janjian sampai Royal pukul setengah 9 pagi. Tapi ternyata aku telat karena harus mengantar ibu terlebih dahulu ke sekolah. Alhasil, aku ngebut. Setelah sampai di sisi samping Royal, aku buka handphoneku untuk ngecek dimana temanku.Mataku fokus mencari dimana temanku yang yang akhirnya pas aku menemukan dia tanpa lihat di depan posisi motorku sangat mepet dengan trotoar aku belok ke kiri dengan cepat dan ..........

Jumat, 04 Oktober 2013

Cerpen Tentang TKI #1: KEPULANGAN TERAKHIRKU

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Jumat, Oktober 04, 2013 0 komentar



“Maafkan Rini, Bun. Harusnya dulu Rini nurut apa kata Bunda. Harusnya Rini tak pergi lagi. Harusnya Rini menemani bunda di sini. Harusnya ....”

            Derai tangis terus menghiasi ruang tamu. Aku sungguh tak tega melihat bunda menangis karenaku tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Adik dan kakak juga ikut merasa sedih sedangkan bapak hanya tertunduk tanpa ekspresi. Meski begitu, aku tahu bapak juga merasakan kesedihan. Itulah bapak, beliau ingin tetap terlihat tegar di depan istri dan anak-anaknya, selalu menyembunyikan kesedihan yang dirasanya.

            Sehari dua hari bahkan dihari ketiga kepulanganku ruang tamu itu masih berselimut kalbu. Wajah-wajah mendung bergelayut di tiap sudut ruangan. Tak ada canda tawa bahkan seulas senyum pun semakin berat. Jika terpaksa hanya senyum getir yang terlihat.

“Oh Tuhan, maafkan aku yang telah membuat keluargaku bersedih hati. Menangisi kepulanganku.”

Aku duduk di sudut ruangan memandangi wajah-wajah yang kukenal. Terang cahaya lampu menyoroti  mata-mata mereka yang sayu dan sembab.  Setetes air mata masih sering tercurah disela-sela keheningan. Semua terdiam memandangku dengan tatapan iba. Mereka yang selama ini sangat ramah dan sering menunggu kepulanganku menantikan kabar baik serta cerita-cerita seputar pekerjaanku di luar negeri justru kubuat dirundung pilu.

***


Cerpen Tentang TKI #2: ( BUKAN ) PILIHAN LASTRI

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Jumat, Oktober 04, 2013 0 komentar



Hidup ini adalah pilihan. Hampir setiap apa yang kita lakukan adalah pilihan diri kita sendiri. Kita sering menyangkal bahwa kita tak punya pilihan. Padahal jika kita memikirkannya lebih dalam lagi masih banyak pilihan yang bisa kita pilih. Tapi apa benar ini adalah pilihan Lastri, memilih untuk menjadi seorang TKI. Menggangtungkan hidupnya di negeri orang. Meninggalkan anak semata wayangnya, Ani.

“Lastri sudah gak punya pilihan lagi, Bu. Lastri harus kerja buat masa depan Ani. Lagipula mas Antok sudah cacat dan gak bisa bekerja lagi setelah kecelakaan itu.”

Lastri hanya ingin ibunya mengerti bahwa beban ekonomi yang ditanggungnya cukup berat. Membesarkan anak seorang diri, merawat suami yang sakit, serta menanggung biaya hidup kedua orang tua dan adik-adiknya.

Namun sekarang Lastri punya pilihan. Pilihan yang akan menentukan hidupnya. Tidak. Tapi hidup semua keluarganya. Pilihan yang akan membawa ke kehidupan yang berbeda. Kehidupan dimana hanya ada kebahagiaan tanpa penderitaan, menurut Lastri.

“Mau sampai kapan kamu menderita, menerima semua perlakuan mereka?”


 

SisChaYanK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea