Sabtu, 26 Oktober 2013

Tragedi (kecil) di depan Royal Plaza

Diposting oleh Sischa Rinnanda Wibandari di Sabtu, Oktober 26, 2013
Kamis, 17 Oktober 2013

Pagi itu niatnya mau berangkat interview ke jalan Wiyung tapi sebelumnya ke Royal Plaza karena ada janji sama teman yang akan ikut interview juga. Interviewnya dimulai pukul 9 pagi, jadi aku sama temanku janjian sampai Royal pukul setengah 9 pagi. Tapi ternyata aku telat karena harus mengantar ibu terlebih dahulu ke sekolah. Alhasil, aku ngebut. Setelah sampai di sisi samping Royal, aku buka handphoneku untuk ngecek dimana temanku.Mataku fokus mencari dimana temanku yang yang akhirnya pas aku menemukan dia tanpa lihat di depan posisi motorku sangat mepet dengan trotoar aku belok ke kiri dengan cepat dan ..........



 sreeeett kakiku nyrempet trotoar.

Sampai di tempat temanku, aku lihat kondisi kakiku. Astagaaa ..., kaos kakiku sobek dan kakiku luka-berdarah. Langsung seketika habis lihat lukaku, tubuhku rasanya lemas, perutku terasa gak enak, dan lebih parahnya pandangan mataku mulai kabur, semua menjadi putih. Aku coba memulihkan pandanganku dengan sekuat tenaga untuk tidak memejamkan mata. Kalau tidak aku bisa pingsan di tempat. Tapi pandangan mataku tetap kabur, semua masih putih. Seperti yang aku lakukan sebelum-sebelumnya kalau aku mau pingsan, aku langsung duduk. Dan aku turun dari motor dan duduk di atas trotoar sambil mencoba mengembalikan pandanganku agar kembali seperti semula. Lalu aku ingat kalau aku bawa botol minum di tas. Aku ambil dan aku minum saja air itu. Tubuhku pun berangsur lebih baik dan sedikit demi sedikit pandanganku mulai kembali. Butuh waktu lumayan lama untuk bisa melihat semua dengan jelas. Setelah pandanganku mulai pulih, mulai terasa sakit di kakiku. Dan lukanya cukup membuatku pusing lagi. Karena gak tahu kenapa kalau aku melihat luka atau darah, perutku terasa tak enak dan kepala mulai pusing. Mungkin ini semacam gejala phobia.

Aku bingung harus bagaimana, ingin rasanya pingsan saja di situ tapi aku takut tak ada yang menolong dan kasihan temanku. Ingin segera ada di rumah dan tidur. Tapi aku harus kuat. Aku tahan rasa sakit itu. Temanku menyarankan untuk dibawa ke puskesmas atau ke apotik. Tapi pikiranku lain, aku ingat punya teman di daerah wiyung. Aku telepon temanku itu dan aku bilang minta tolong untuk diobati. Dengan sekuat tenaga aku bawa motorku ke rumah temanku yang di wiyung. Dan agar tak terkena debu, lukaku aku balut dengan sliyer penutup hidung. Sepanjang perjalanan, aku benar-benar ingin nangis buat menghilangkan rasa sakit di kaki. Benar-benar ingin nangis.

Waktu tiba di rumah temanku, aku merengek sama temanku. Temanku ini sudah seperti saudara sendiri atau lebih tepatnya sudah seperti kakakku sendiri. Temanku mencoba memeriksa lukaku, katanya sih gak begitu parah yang bagiku itu luka paling sakit. Hiks ... hiks. Lalu temanku mengobati kakiku. Pertama dia bersihkan lukaku dengan air hangat. Masya Allah, perihnya minta ampun. Tangis yang tadi aku tahan pun tumpah ruah. Aku nangis histeris sejadi-jadinya sampai keluar ingus (maaf jorok). Kedua, dia beri betadine. Kali ini aku masih menangis histeris. Pokoknya selama aku diobati, aku gak pernah berhenti nangis. Yang menurutku, itu caraku untuk menghilangkan rasa sakit. Selain itu, disekitar lukaku dia beri minyak tawon sambil dipijat. Katanya biar gak bengkak. Selesai diobati pun aku masih sesenggukan.

Karena mau interview, lukaku ditutup dengan hansaplast biar gak kotor kena debu. Temanku menyarankan kalau aku dibonceng saja. Motor aku tinggal di rumah teman. Di tempat interview ternyata rame banget dan antrinya panjang serta lama. Sambil nunggu aku sempatkan sholat terlebih dahulu. Selesai wudhu, aku sholat seperti biasa. Pas duduk diantara dua sujud, refleks aku teriak. Karena apa? karena lukaku di telapak kaki sebelah kiri. Yang artinya luka itu aku duduki. Dan refleks juga aku kembali pusing dan lemas. Jadi aku tak melanjutkan sholat. Ampuni aku ya Allah. Karena aku mulai pusing lagi, maka pas selesai psikotes aku tinggal pulang serta aku juga harus jemput ibu di sekolah. Sebelumnya aku ambil motor di rumah temanku tadi.

Sepanjang perjalanan pulang lagi-lagi aku harus nahan sakit. Jujur saja, waktu mengendarai motor rasa sakitnya tak begitu terasa. Mungkin karena motorku matic tapi kalau lampu merah atau lagi macet yang mengharuskan kakiku menahan, barulah terasa banget sakitnya. Samapi di rumah, aku melanjutkan acara tangisku, hehehe ... dan akhirnya aku sholat dengan posisi duduk dan kaki selonjor. Wudhu pun aku ganti dengan tayamum karena biar lukanya cepat kering dan cepat sembuh gak boleh ditutup dan gak boleh terkena air. Beberapa hari aku lakukan wudhu dan sholat seperti itu. Saat aku nulis ini pun sholatku masih dengan duduk dan tayamum. Aku berharap luka ini cepat sembuh, aamiin.



0 komentar:

 

SisChaYanK Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea