Impossible
Menjadi I Am Possible
Oleh:
Sischa Rinnanda Wibandari
Mimpi
jadi penulis. Hahaha. Aku sempat tertawa mengingat mimpi itu. Sepertinya
mustahil bagiku. Bagaimana tidak? Nulis saja aku malas apalagi mau jadi
penulis. Impossible. Waktuku juga habis untuk hal lain. Rasanya bagai pungguk
merindukan bulan. Aku pun tak terlalu berambisi untuk meraih mimpi itu.
Seiring
aku mengenal facebook, aku menemukan
sesuatu yang membangkitkan semangatku. Yup, aku menemukan fanpage yang berisi kumpulan cerpen. Hatiku mulai tergerak ingin
menulis cerita yang biasanya hanya menulis curahan hati di diari. Sedikit demi
sedikit aku coba.
Awalnya
sungguh sulit. Sangat sulit. Apa yang aku tulis tak sesuai dengan isi otakku. Kadang
aku kesal, aku taruh saja penaku dan aku tinggal tidur. Dan tulisanku pun tak
pernah selesai. Putus di tengah jalan. Arrgghh, aku sebel.
Aku
lupakan sejenak mimpiku. Aku kembali sibuk dengan hal lain. Sampai aku
menemukan sesuatu lagi di facebook. Aha, aku gabung di grup kepenulisan. Di
grup itu malah bikin aku stres. Kamu tahu apa yang bikin aku stres? Anggotanya
wah banget dengan segudang tulisan yang dihasilkan, baik itu cerpen maupun
novel. Sedangkan aku? Tau sendirilah, aku bukan siapa-siapa. Nol besar. Dan aku
minder. Nyaliku ciut.
Aku
tak aktif di grup itu. Aku hanya melihat, mengamati dan membaca postingan di
dalamnya. Aku pun iseng-iseng nge-add
facebook penulis-penulis hebat itu, siapa tahu aku bisa ketularan. Hehehe. Dari
situ aku mulai sok SKSD dengan para penulis. Aku korek-korek facebook mereka.
Dan ..., wuih banyak lomba menulis yang di adakan. Otakku mulai beraksi.
Lomba-lomba
itu sedikit banyak aku ikuti meski tak semua. Semampuku saja. Dan hasilnya
gagal semua. Tapi aku tak kecewa karena aku mulai menikmati apa itu ‘menulis’.
Aku merasa nyaman dengan menulis. Aku seperti hidup kembali. Segala rasa yang
ada di hati terasa plong dengan
menulis. Aku pun tak pernah memikirkan, aku menang atau tidak. Yang penting
bagiku ‘aku menulis’. Itu saja.
Namun
kenyataan sempat merenggutnya sesaat. Keluargaku kena musibah dan aku vakum
menulis untuk waktu yang cukup lama. Memang berat menerima semua itu. Kira-kira
satu ton beratnya. Hehe, bercanda. Dan mimpiku tetap aku simpan di sanubariku. Aku
yakin, suatu saat aku pasti bisa meraihnya. Mungkin tidak waktu itu. Aku
percaya badai pasti berlalu. Aku hanya perlu bersabar.
Kesabaranku
pun mulai berbuah. Taarrraa, aku menulis lagi. Keluargaku sudah membaik.
Alhamdulillah. Aku pikir, inilah kesempatanku. Tanganku mulai bergerak mengejar
ketertinggalan. Otakku, ku pacu lebih cepat. Aku mulai aktif di grup. Banyak
macam ilmu aku serap. Dan ..., aku
sempat lolos di salah satu event yang di adakan di grup. Ini kemenanganku yang
pertama. Meski ini hasil cerpen kelompok bersama teman-teman. Tak apa. Bagiku
sudah ada sedikit kemajuan.
Semangatku
kembali berkorbar. Aku percaya, suatu saat nanti aku bisa mengubah “Impossible”
menjadi “I am possible”. Keep Writing And ‘Ganbatte!’.
0 komentar:
Posting Komentar